SURABAYA - Maulid Nabi Muhammad menjadi salah satu momen bagi umat Islam untuk mengekspresikan kegembiraannya. Hal inilah yang dilakukan Lembaga Kajian Kerohanian Islam (LKKI) Departemen Kimia Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) dengan menggelar kajian Maulid Nabi bertemakan Momentum Meneladani Akhlak Rasulullah, Sebagai Bekal dalam Membentuk Pribadi yang Religius.
Dibuka dengan dendang islami dan pembacaan ayat suci Al-Qur’an, kegiatan yang berlangsung secara daring ini membawakan materi mengenai cara meneladani akhlak mulia Nabi Muhammad dengan menjadi pribadi yang pandai dan berakhlak.
Pemateri kajian, Lukman Atmaja PhD membuka pemaparan dengan mengingatkan peserta kajian akan pentingnya bershalawat. Hal ini sesuai dengan Surah Al Ahzab ayat 56 yang berisi pesan bahwa sesungguhnya Allah dan para malaikaT bershalawat untuk Nabi. “Maka dari itu, umat Islam juga harus bershalawat untuk beliau, ” ungkapnya, Kamis (20/10/2022).
Paparan materi kemudian dilanjutkan dengan pembahasan tentang orang pintar dan sifat-sifat mereka yang tercantum dalam Al-Qur’an serta ajaran Nabi Muhammad. Dosen Departemen Kimia ITS tersebut menyebutkan, terdapat tiga jenis orang pintar dalam masyarakat Islam modern, yaitu sarjana, ulama-intelektual, dan Ulil Albab.
Penyerahan sertifikat dari panitia acara kepada pemateri di penghujung kegiatan
Ketiga golongan ini memberikan kontribusi kepada umat dengan ciri khas masing-masing. Sarjana adalah orang yang telah mencapai kualifikasi akademis pada jenjang sarjana (S1), magister (S2), dan doktor (S3). Sarjana memiliki orientasi kehidupan yang hanya fokus untuk diri dan keluarganya. Namun, para sarjana juga berpikir untuk orang lain pada waktu tertentu.
Berbeda dengan sarjana, golongan ulama-intelektual terus berkontribusi kepada umat dengan menyiarkan dakwah islam agar kebaikan umat dapat tercapai. “Para ulama-intelektual tak henti-hentinya melakukan pengabdian masyarakat melalui pengajian yang bertujuan untuk membantu memecahkan masalah umat”, tegas Lukman.
Jenis orang pintar terakhir yang disebutkan Lukman adalah Ulil Albab. Ulil Albab adalah seorang manusia biasa tetapi memiliki tujuh sifat unggul yakni mampu memisahkan yang batil dari yang haq, memahami hikmah peristiwa, kritis dan pandai, bangun di akhir malam untuk rukuk dan sujud, merenungkan segala ciptaan Allah, tidak takut kepada apa pun kecuali Allah, serta bersungguh-sungguh dalam mencari ilmu dan mengajarkannya.
Perbedaan Ulil Albab dengan golongan sarjana dan ulama-intelektual adalah kesederhanaan sifat dan perjuangan Ulil Albab yang dilakukan bersama umat. Akhlak mulia Rasulullah seperti bertanggung jawab dan berkontribusi pada urusan umat juga tercermin dalam perilaku ulama-intelektual dan Ulil Albab. Walau begitu, sarjana juga tetap berkontribusi melalui perhatiannya pada nasib umat sekarang.
Di penghujung materi, salah satu peserta mengajukan pertanyaan mengenai bagaimana agar tetap istikamah dalam berakhlak mulia di kehidupan modern ini. Lukman pun menjabarkan, bahwa menurutnya istikamah itu berlandaskan niat. istikamah dapat dimulai dengan mengerjakan hal kecil, tapi terus berkembang. “istikamah sepanjang hidup itu mudah, karena dilakukan dalam jangka panjang, ” tandasnya. (*)
Reporter: ION5
Redaktur: Raisa Zahra Fadila