SURABAYA - Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Airlangga menyelenggarakan edukasi waspada bencana hidrometeorologi. Edukasi itu berkolaborasi dengan Badan Penanggulangan Bencana Daerah Provinsi Jawa Timur dan relawan tanggap bencana APHSA. Kegiatan yang dikemas dalam bentuk seminar nasional itu diselenggarakan pada Minggu (16/10/2022) melalui Zoom meeting.
Ketua pelaksana kegiatan Litana Arden Lunarta menyampaikan, kegiatan itu dilatarbelakangi oleh posisi Indonesia yang berada pada pertemuan tiga lempeng tektonik utama di dunia sehingga berpotensi terhadap bencana.
“Kita mengetahui bahwa Indonesia sekarang sedang masa transisi musim panas menuju hujan atau musim pancaroba yang berisiko banjir dan memakan korban jiwa. Sehingga acara ini perlu sebagai langkah preventif dalam penanggulangan bencana tersebut, ” ucap Litana.
Mahasiswa kelahiran Gresik tersebut menyebutkan terdapat beberapa mind topic dalam penyampaian narasumber. Di antaranya pengantar bencana hidrometeorologi, potensi bencana di Jawa Timur, dampak bencana hidrometeorologi, dan upaya kesiapsiagaan bencana.
Potensi Bencana Jawa Timur
Narasumber dari BPBD Jawa Timur Bige Agus SE menyampaikan, bencana hidrometeorologi merupakan bencana yang diakibatkan oleh parameter meteorologi seperti curah hujan, kelembapan, temperatur, dan angin. Bencana ini berhubungan dengan fenomena alam La Nina.
Fenomena ini sudah pernah terjadi pada tahun 2021 yaitu peningkatan curah hujan hingga tujuh puluh persen di seluruh Pulau Jawa.
“Posisi Indonesia yang berada pada pertemuan tiga lempeng dunia berisiko terjadinya beragam bencana. Provinsi Jawa Timur salah satunya dengan potensi bencana hidrometeorologi yang sangat variatif. Bencana tersebut meliputi banjir, banjir bandang, tanah longsor, cuaca ekstrim, kekeringan, kebakaran hutan dan lahan, gelombang ekstrim dan abrasi, ” ucap Bige.
Kepala Sub Koordinator Substansi Logistik BPBD Jawa Timur tersebut menuturkan, dampak dari bencana hidrometeorologi meliputi dampak sosial, ekonomi, dan lingkungan. Dampak sosial meliputi hilangnya mata pencaharian masyarakat dan trauma bagi masyarakat terdampak bencana. Dampak ekonomi yaitu terganggunya kegiatan perekonomian dan terputusnya alur perekoniman masyarakat setempat.
“Sedangkan dampak lingkungan di antaranya rusaknya lingkungan dan infrastruktur, hilangnya tempat tinggal masyarakat, dan rusaknya daerah hutan, ” ucapnya.
Upaya Kesiapsiagaan Bencana Hidrometeorologi
Narasumber dengan sejuta pengalaman itu menuturkan ada beberapa upaya kesiapsiagaan bencana hidrometeorologi yang dapat masyarakat lakukan, di antaranya:
1. Memonitor peringatan dini dari BMKG perihal curah hujan tinggi,
2. Penetapan evakuasi bagi masyarakat di daerah rendah dan lereng tebing sepanjang aliran sungai.
3. Penetapan rambu daerah rawan bencana.
4. Sistem peringatan dini berbasis masyarakat.
5. Aksi bersih-bersih kali atau sungai secara bersama, dan
6. Jejaring komunikasi berbasis masyarakat.
“Masyarakat harus dapat lebih peka dan waspada akan bencana hidrometeorologi. Dibutuhkan gotong royong, kerja keras, dan keterlibatan semua pihak dan penanggulangan bencana secara optimal, ” ucap Bige. (*)
Penulis: Afan Alfayad
Editor: Binti Q. Masruroh