SURABAYA - Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) kembali menghadirkan pergelaran wayang dalam rangkaian kegiatan Dies Natalis ke-62. Tak hanya menampilkan wayang kulit, gelaran yang bertempat di Gedung Pusat Robotika ITS ini turut mempersembahkan penampilan para Dewan Profesor (DP) yang berlakon dalam wayang orang bertajuk Sang Wisanggeni secara apik pada Sabtu (22/10/2022).
Menariknya, gelaran wayang ini didalangi langsung oleh Ketua DP ITS, Prof Dr Ir Imam Robandi MT. Dalang dan sinden dari Institut Seni Indonesia (ISI) Surakarta, yakni Ki Cahyo Kuntadi beserta istrinya, Sukesi Rahayu pun turut digaet untuk berkolaborasi memeriahkan pertunjukkan ini.
Mengenai temanya, Ki Cahyo menuturkan bahwa Wisanggeni sendiri merupakan cerita pakem dari pewayangan Jawa. Kisah lakonnya dimulai sedari Wisanggeni lahir dengan kesaktian yang luar biasa. Adapun Wisanggeni dilahirkan dari pasangan Raden Arjuna dan bidadari bernama Bathari Dresanala. Namun, ibu dari Wisanggeni ini diculik dan akan diperistri oleh Dewasrani. Dewasrani sendiri merupakan anak dari Batara Guru, Sang Penguasa Jagat Raya.
Baca juga:
Asal Usul Suku Kampai Minangkabau
|
(dalang kiri) Ki Cahyo Kuntadi berkolaborasi bersama (dalang kanan) Prof Dr Ir Imam Robandi MT dalam pentas wayang Sang Wisanggeni.
Oleh karena itu, di akhir cerita, Wisanggeni membantu ayahnya untuk mengingatkan Dewasrani agar tetap berada di jalan yang benar. Atas keberanian Wisanggeni inilah, ia disimbolkan sebagai keberanian untuk membela kebenaran dan menegakkan keadilan. “Wisanggeni yang hadir pada era para wali ini sebenarnya adalah media para leluhur Jawa untuk menyampaikan pesan moral yang ada di pewayangan, ” jelasnya.
Dengan jalan cerita yang penuh pesan moral tersebut semestinya memperkuat pergelaran wayang untuk tetap digaungkan, seperti halnya yang diadakan ITS ini. Dalang muda kelahiran Blitar tersebut turut beranggapan bahwa eksistensi wayang juga dapat didukung oleh teknologi. “Beragamnya media teknologi mulai dari radio, televisi, sampai pada era kanal YouTube saat inilah yang membuat kesenian Indonesia tetap lestari, ” pungkasnya. (*)
Reporter: ion21
Redaktur: Astri Kusumaningtyas