SURABAYA - Raihan prestasi membanggakan kembali datang dari mahasiswa Ilmu Sejarah, Universitas Airlangga (UNAIR). Ia adalah Khusnul Avifah, mahasiswa angkatan 2021 yang berhasil menyabet gelar juara 2 dalam Kompetisi Esai Nasional History Fest yang diselenggarakan oleh Universitas Sanata Dharma Yogyakarta pada Selasa (6/9/2022).
Dalam kompetisi yang bertemakan Sejuta Cerita di Balik Cagar Budaya, mahasiswa yang kerap disapa Ifah itu mengangkat gagasan berjudul “Kawasan Cagar Budaya Gunung Penanggungan sebagai Pusat Keagamaan Sejak Abad X sampai Abad XV”. Gagasan itu ia pilih lantaran kepeduliannya terhadap pengelolaan cagar budaya yang ada di Indonesia, khususnya di daerah Gunung Penanggungan, Jawa Timur.
“Saya sangat tertarik dengan Gunung Penanggungan yang menyimpan ratusan cagar budaya, seperti candi, punden berundak, goa, arca, petirtaan, dan berbagai jenis artefak lainnya, ” ungkapnya.
Baca juga:
Asal Usul Suku Kampai Minangkabau
|
Lebih lanjut, Ifah menuturkan bahwa cagar budaya merupakan peninggalan penting dalam sejarah. Pada masanya, setiap cagar budaya memiliki fungsi dan kegunaan masing-masing dalam menunjang kebudayaan manusia. Menurut Ifah, dengan mempelajari tinggalan tersebut, kehidupan dan peradaban manusia pada masa lalu dapat dilacak dan dijadikan sebagai sumber pembelajaran sejarah.
“Sebaran cagar budaya begitu banyak. Saya coba menjelaskan dalam esai, sebenarnya digunakan untuk apa pada masanya? Setelah mengetahui seluk-beluk tinggalan tersebut, kita jadi tahu bagaimana kehidupan manusia pada abad-abad tertentu melalui bukti-bukti yang relevan, ” jelasnya.
Merengkuh gelar juara nasional memang membanggakan. Namun, Ifah mendapatkan gelar itu bukan tanpa tantangan. Mahasiswa yang juga aktif dalam berbagai komunitas kesejarahan itu mengaku bahwa ia harus membagi waktu dengan cermat lantaran banyaknya kegiatan internal maupun eksternal kampus yang harus ia jalani.
Poster Juara History Fest. (Sumber: Instagram History Fest USD)
“Tentunya dalam mengikuti lomba ini ada beberapa tantangan, di mana saya mengetahui lomba itu agak mepet deadline sehingga untuk persiapan masih kurang maksimal. Di sisi lain juga masih ada beberapa kegiatan lain seperti kegiatan kampus, kegiatan komunitas dan tugas-tugas kuliah, sehingga sangat perlu membagi waktu agar semua kewajiban dan tanggung jawab tersebut selesai dengan baik, ” tutur Ifah.
Selepas mengikuti kompetisi itu, Ifah berharap dapat mengasah lagi kemampuannya dalam menulis khususnya dalam lingkup kesejarahan. Ia juga berharap, dengan karya digagas, ia dapat menyebarkan pengetahuan dan memperkenalkan hal-hal baru tentang sejarah kepada khalayak luas.
“Menurut saya, mengasah kemampuan dengan cara mengikuti lomba-lomba sangat penting. Tidak peduli soal hasil, yang penting berusaha terlebih dahulu. Selain itu, kita bisa mendapatkan pengetahuan baru yang mungkin saja tidak didapatkan di dalam ruang perkuliahan, ” tutupnya.
Penulis: Yulia Rohmawati
Editor: Khefti Al Mawalia